resensi

Mengejar Mimpinya Cak Manto

Oleh: Satria Dharma
(Penggagas Gerakan Literasi Sekolah)

Kemarin pesanan bukunya Cak Manto alias Prof. Sumanto Al Qurtuby, dosen di Arab Saudi, tiba di rumah saya. Pagi ini (22/06/21) mulai saya baca. Tentu saja saya baca yang ringan dulu, yaitu “Mengejar Mimpi”. Satunya, “Agama Politik dan Politik Agama” jelas akan butuh adrenalin lebih untuk membacanya. Tapi saya yakin tulisan Cak Manto ini pasti sangat menarik. Saya memang penggemar tulisan Cak Manto atau Kang Manto dan selalu mengikutinya di FB-nya.

Buku “Mengejar Mimpi” ini sungguh sangat menarik. Rugi pol kalau sampeyan tidak membacanya. Mengapa menarik? Karena buku ini akan memberi Anda perspektif baru tentang bagaimana seseorang yang benar-benar ndeso kesa keso dan mlarat gak ilok tapi dengan semangat dan tekad luar biasa yang entah darimana ia peroleh berhasil bersekolah hingga S-3 di Boston Amerika (saya jadi ingat keponakan saya, Azarine Aqila Arinta, yang lulusan Boston juga. Tapi Rinta hanya ambil S-2 yang ia selesaikan hanya setahun). Cak Manto sejak 2015 s/d sekarang menjadi dosen Cultural Anthropology di King Fahd University of Petroleum and Minerals.

Setelah membaca bukunya ini saya baru paham mengapa Cak Manto itu begitu slengekan dan seolah kebal dengan segala caci maki dan hujatan. Dia bahkan seolah menikmati segala macam hujatan, ancaman, dan tudingan dari siapa pun yang tidak setuju dengan pendapatnya.

Rahasianya adalah karena dia itu memang sudah kebal dengan segala macam penderitaan. Nothing can hurt him anymore. Hidupnya sudah penuh dengan segala penderitaan dan kesulitan sehingga ketika ia sekarang berada di tempatnya bersemayam hanya bisa ngakak jika ada orang yang menghujat dan mengancamnya segala macam. Been there, done that. Ia tidak perlu sama sekali bersikap jaim, sok intelek, jaga perasaan, sok berempati, takut disalahpahami, dlsb.

Cak Manto sudah kalis dengan segala macam topeng-topengan. Gelem yo ngene gak gelem yo ngene. Dia tidak butuh disanjung, tidak butuh dicintai, tidak butuh dihargai, tidak takut diancam sembarang kalir. Semua sudah lewat dan dia kini kembali menjadi dirinya yang wong ndeso dengan segala kedamaian yang pernah ia rasakan. Ia hanya manjing jadi akademisi tulen level internasional ketika mengajar dan menulis buku-buku akademis.

Sekali lagi saya anjurkan Anda untuk membaca buku “Mengejar Mimpi” ini agar mendapatkan suntikan keberanian, kenekatan, keyakinan, dan kemauan untuk berdarah-darah mendapatkan mimpi Anda. Itu kalau Anda punya mimpi lho…! Tapi mosok sih kalian tidak punya mimpi punya rumah sendiri, istri yang cantik, anak-anak yang qurrota a’yun, atau apalah.

Oh ya, semua hasil penjualan buku ini tidak ada yang masuk ke kantongnya Cak Manto. Dia sudah sugih sekarang. Untuk semua buku karya Prof. Sumanto yang diterbitkan Penerbit Lawwana dan eLSA Press beliau tidak mendapatkan royalti. Semuanya dihibahkan untuk keperluan pengembangan komunitas-komunitas mahasiswa. Jadi ini semacam donasi bagi mahasiswa.

Surabaya, 22 Juni 2021

Tinggalkan Balasan