resensi

Dikira Buruh Kapal

Oleh: Satria Dharma
(Penggagas Gerakan Literasi Sekolah)

 

Seperti yang saya duga buku “Mengejar Mimpi” Cak Manto ini benar-benar maknyus. Begitu saya baca sulit untuk melepaskannya. Untungnya saya ini pensiunan tak ada kerjaan sehingga punya banyak waktu luang. Malah terlalu luang sebenarnya.

Begitu saya baca buku “Mengejar Mimpi” ini sak dodokan langsung habis. One book one sitting kalau pakai istilahnya dosen saya Prof. Budi Darma.

Ada satu ceritanya yang bikin saya ngakak, yaitu ketika Cak Manto naik pesawat dari Singapore ke Semarang barengan dengan para TKW yang sedang mudik. Ketika dua TKW yang duduk di sebelahnya ngobrol pakai bahasa campur-campur bahasa Indonesia/ Melayu dan Inggris dia ikut nimbrung dan bertanya, “Maaf, Mbak di Singapura kerja atau hanya jalan-jalan liburan saja?”

“Ya kerjalah. Orang Indo tuh kalau di Singapura rata-rata kerjalah,” jawabnya.

Mereka mengaku bekerja sebagai helper dan betah bekerja di Singapura.

“Kalau Mas sudah lama di Singapore?” tanya mereka balik.

“Baru, Mbak. Baru tiga mingguan,” jawab Kang Manto.

“Sudah tahu tempat ngumpul kalau weekend untuk orang-orang Indo di Singapura belum?” tanya mereka lagi.

“Belum Mbak,”

“Kalau kami para helper, weekend ngumpulnya di jalan dekat Orchard. Yang laki-laki kerja di kapal atau pelabuhan macam Mas ini tempat ngumpulnya juga tak jauh dari Orchard. Mas datenglah kalau weekend, heppiii ketemu teman-teman.”

Dan saya ngakak membayangkan seorang professor King Fahd University dikira buruh kapal oleh para helper. Rasakno kon…!

Soalnya saya juga pernah mengalami hal yang sama. Bukan saya sih, tapi istri saya. Sepulang dari tour ke Hongkong bersama teman ITB STIKOM Bali dan antri di imigrasi Bandara Soetta tiba-tiba istri saya disuruh masuk ke rombongan TKW. Rupanya petugas imigrasi mengira istri saya termasuk rombongan TKW yang memang datang bersama kami. Soalnya istri saya satu-satunya yang berjilbab dalam rombongan kami, sama dengan kebanyakan TKW Hongkong tersebut. Tentu saja istri saya jengkel dengan sikap sok tahunya petugas imigrasi tersebut. Lebih jengkel lagi ketika lihat saya ngakak melihat kejadian tersebut. Mosok nyonya komisaris dikira TKW.

Tinggalkan Balasan